Pedagang Dadak ke Tanah Suci: 20 Tahun Perjuangan Syairani Menggapai Mimpi Haji

 


Banjarbaru – Bagi sebagian orang, ibadah haji mungkin tinggal menunggu antrean atau sekadar menyiapkan berkas dan dana. Namun bagi Syairani Muksin Karim, warga Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, haji adalah mimpi panjang yang diperjuangkan dengan air mata, kerja keras, dan kesabaran selama dua dekade.

 

Tak pernah ia bayangkan bahwa jualan pakan ternak—yang dalam bahasa Banjar dikenal dengan istilah dadak—akan menjadi jalan baginya menuju Tanah Suci. Sejak tahun 2005, Syairani menyimpan niat dalam hati: suatu hari, ia ingin menjejakkan kaki di Baitullah, melaksanakan rukun Islam kelima.

 

Bukan niat biasa. Niat itu tumbuh di tengah kondisi serba terbatas. Syairani bukan orang kaya, bukan pula pegawai negeri dengan penghasilan tetap. Ia hanyalah seorang pedagang kecil, yang sehari-hari berjualan pakan ternak dari desa ke desa, menumpang kelotok—perahu bermesin sederhana yang menjadi sarana transportasi masyarakat di sepanjang aliran sungai

Setiap pagi buta, Syairani memulai harinya dengan menyiapkan barang dagangan. Tak jarang ia harus menyusuri sungai hingga 45 kilometer untuk menjangkau pelanggan-pelanggannya yang tinggal di daerah-daerah pelosok. Kelotok kecilnya menjadi saksi bisu ketekunan yang tak kenal lelah, menyusuri aliran sungai dengan ombak dan arus yang tak menentu.

 

Di musim hujan, ia harus menghadapi derasnya arus dan hujan yang bisa tiba-tiba mengguyur. Di musim kemarau, air surut dan jalur sungai menjadi lebih sulit dilalui. Namun, tak sekali pun Syairani berpikir untuk berhenti. Baginya, setiap rupiah yang ia hasilkan dari hasil berdagang adalah sebutir batu bata yang akan menyusun jembatan menuju Baitullah.

“Kadang di tengah sungai hujan deras, kelotok goyang. Tapi saya selalu yakin, Allah pasti lihat usaha ini,” ujar Syairani saat ditemui dalam penerimaan jamaah haji kloter 7 Kabupaten Balangan di Asrama haji Banjarmasin Jumat (16/05/2025).

 

Dari hasil jualan pakan ternak yang tidak seberapa, Syairani menyisihkan sedikit demi sedikit. Ia tidak pernah punya tabungan besar. Tapi setiap lembar uang yang disisihkan selalu ia niatkan untuk haji. Tahun berganti, harga kebutuhan hidup naik, biaya transportasi bertambah, namun semangatnya tidak pernah pudar.

 

Ia bahkan sempat hampir mundur ketika ada kebutuhan keluarga yang mendesak. Namun dalam hatinya, ia terus bertanya, “Kalau saya berhenti sekarang, kapan lagi saya bisa?”

 

“Alhamdulillah, tahun 2011 saya bisa daftar haji, walau uangnya belum cukup. Tapi saya yakin, kalau sudah niat dan usaha, Allah yang bantu sisanya,” ujarnya sambil mengusap air mata yang jatuh perlahan.

 

Kini, di tahun 2025, mimpi panjang itu menjadi nyata. Syairani termasuk dalam daftar jamaah haji asal Kabupaten Balangan yang diberangkatkan ke Mekkah. Ketika nama dan nomor porsi hajinya diumumkan, ia tak kuasa menahan tangis. Bukan hanya ia yang menangis, tetapi juga anak-anak dan kerabat yang selama ini menjadi saksi perjuangannya.

 

Keberangkatannya bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga menjadi inspirasi bagi banyak warga sekitar. Beberapa tetangganya bahkan mengaku mulai menabung dan memperbarui niat setelah mendengar kisah Syairani.

 

Syairani berharap kisah hidupnya bisa memberi inspirasi bagi generasi muda, terutama di desa-desa. Ia berpesan agar anak muda tidak malu memulai dari bawah, tidak gengsi bekerja keras, dan selalu berpegang pada niat baik.

 

“Banyak orang sekarang maunya instan. Tapi saya percaya, yang datang dengan sabar itu lebih berkah. Jangan takut bermimpi, asal siap berusaha,” ucapnya mantap.

 

Kisah Syairani bukan sekadar tentang keberangkatan haji. Ini adalah kisah tentang tekad yang tak goyah, ketekunan dalam kesederhanaan, dan kepercayaan yang kuat pada doa dan rezeki dari Sang Maha Kuasa.

 

Ia telah membuktikan bahwa mimpi, seberat dan sejauh apa pun, bisa menjadi nyata jika diperjuangkan dengan hati yang ikhlas dan langkah yang konsisten.

Related Posts

Post a Comment

0 Comments